Pembangunan Ekonomi Regional
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan
data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan
pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow
yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli
ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan
menggunakan data-data daerah.
Untuk melihat ketidaknmerataan pertumbuhan regional dapat ditentukan
dengan beberapa cara. Secara umum dalam menghitung pertumbuhan dengan;
1. pertumbuhan output; 2. pertumbuhan output per pekerja; dan, 3.
pertumbuhan output perkapita. Pertumbuhan output digunakan untuk
mengetahui indikator kapasitas produksi. Pertumbuhan output per pekerja
seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat
kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan
sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan.
Faktor-faktor penyebab Ketimpangan
Terjadinya perbedaan dari distribusi pendapatan antar daerah dan
distribusi pengeluaran pemerintah pusat dan daerah merupakan satu
permasalahan dalam pelaksanaan pembangunan di berbagai daerah di
Indonesia. Perbedaan tersebut terjadi selama bertahun-tahun lamanya
sehingga menyebabkan terjadinya ketimpangan antar daerah satu dengan
yang lain. Dilakukannya satu kebijakan pemerintah yaitu otonomi daerah
masih belum mampu memperkecil adanya ketimpangan tersebut, dimana
terlihat adanya perbedaan tingkat pembangunan antara lain perbedaan
tingkat pendapatan per kapita dan infrastruktur di daerah yang
disebabkan karena minimnya pengeluaran pembangunan di daerah. Mengacu
pada perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan ekonomi daerah melalui
Indeks Williamson, faktor-faktor yang dianalisa tersebut adalah PDRB,
Pendapatan Per Kapita dan Pengeluaran daerah untuk Pembangunan selama
masa sebelum dan sesudah krisis. Metode analisa yang digunakan adalah
regresi linier berganda dengan menggunakan data 30 propinsi di Indonesia
tahun 1989-2003, dengan variabel terikat adalah ketimpangan daerah
(yang diukur dengan Indeks Williamson) dan variabel bebas berupa
pendapatan per kapita, pengeluaran daerah dan Dummy Krisis untuk
pembangunan. Pendugaan dilakukan dengan metode ordinary Least Square
(OLS). Dari hasil analisa ditemukan bahwa terjadinya ketimpangan ekonomi
antar daerah disebabkan oleh tingginya pendapatan perkapita DKI Jakarta
yang menyebabkan ketimpangan di Pulau Jawa dan tingginya pendapatan
perkapita di Kalimantan Timur yang menyebabkan ketimpangan di luar Pulau
Jawa. Interprestasi analisa model regresi menunjukan bahwa ketimpangan
daerah dengan melihat faktor migas dipengaruhi oleh pengeluaran
pemerintah daerah pada saat 2 tahun sebelumnya dan terjadinya krisis
ekonomi. Sedangkan ketimpangan daerah tanpa melihat faktor migas
dipengaruhi oleh pendapatan perkapita daerah dan pengeluaran pemerintah.
Kebijakan terhadap peningkatan alokasi pengeluaran pemerintah daerah
khusus untuk daerah-daerah miskin atau daerah yang tidak kaya dengan
migas akan memperkecil ketimpangan antar daerah sebab hasil penelitian
melihat bahwa pengeluaran pemerintah lebih banyak dialokasikan kepada
daerah kaya (DKI Jakarta) dan daerah kaya migas (Kalimantan Timur dan
Riau).
Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Pembangunan di Indonesia Bagian Timur lebih tertinggal dibandingkan
daerah Indonesia bagian lain. Mungkin penyebabnya tanah yang lebih tidak
subur dan masalah transportasi. Daerah yang agak tandus, jalannya lebih
cepat rusak, entah karena keadaan tanahnya atau karena suhu udaranya
yang lebih panas. Sehingga perjalanan memerlukan waktu tempuh yang lebih
lama dan medan yang berat. Daerah yang sulit dijangkau karena jalannya
rusak atau jauh, lebih mudah terjangkau dengan adanya transportasi air.
Keuntungan:
Proyek yang menarik dan mudah dijual karena akan mendapatkan hasil
langsung berupa pohon/hasil hutan sepanjang yang akan dibuat jalan. Akan
mendapatkan bahan galian yang bisa berupa bahan tambang yang bernilai
tinggi (bisanya daerah tandus kaya akan bahan tambang bernilai tinggi
dan batuan mulia/permata)dan atau bahan mineral.
Peluang bisnis transportasi manusia dan barang (kalau tidak salah
transportasi via air termasuk transportasi yang paling murah untuk
angkutan barang).
Bendungan bisa juga dibuat pembangkit listrik tenaga air.
Bisa menjadi Objek wisata
Di bendungan bisa dibuat budi daya ikan jaring terapung, sedangkan di jalan air bisa di buat budi daya ikan di keramba.
Untuk saluran irigasi.
Meningkatkan kesuburan tanah(biasanya daerah dekat aliran air, tanahnya menjadi lebih subur).
Bisa juga dirancang untuk mengatasi banjir.
Bisa juga dirancang untuk mengatasi kebakaran hutan (minimal melokalisasi kebakaran hutan yang terpotong jalan air).
Transportasi manusia dan barang lebih mudah, murah dan lancar otomatis
meningkatkan aktivitas ekonomi di daerah itu dan antar pulau.
Akan berkembang aktivitas-aktivitas ekonomi penunjang lainnya yang meningkatkan penghasilan dan menyerap lapangan pekerjaan.
Mempermudah aparat keamanan untuk menjaga daerah-daerah yang sulit dijangkau lewat darat.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
Masalah pengawasan dan keamanan lalu lintas jalan air
Debit banjir bila air meluap
Pemeliharaan jalan air
Masalah keselamatan pengguna jalan air.
Teori dan Analisis Pembangunan dan Ekonomi Daerah
Perbedaan karakteristik wilayah berarti perbedaan potensi yang dimiliki,
sehingga membutuhkan perbedaan kebijakan untuk setiap wilayah. Untuk
menunjukkan adanya perbedaan potensi ini maka dibentuklah zona-zona
pengembangan ekonomi wilayah.
Zona Pengembangan Ekonomi Daerah adalah pendekatan pengembangan ekonomi
daerah dengan membagi habis wilayah sebuah daerah berdasarkan potensi
unggulan yang dimiliki, dalam satu daerah dapat terdiri dari dua atau
lebih zona dan sebuah zona dapat terdiri dari dua atau lebih cluster.
Setiap zona diberi nama sesuai dengan potensi unggulan yang dimiliki,
demikian pula pemberian nama untuk setiap cluster, misalnya : Zona
Pengembangan Sektor Pertanian yang terdiri dari Cluster Bawang Merah,
Cluster Semangka, Cluster Kacang Tanah, dst.
Zona pengembangan ekonomi daerah (ZPED) adalah salah satu solusi yang
dapat diterapkan untuk membangun ekonomi suatu daerah untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat di masa depan. Pola pembangunan ekonomi dengan
pendekatan Zona Pengembangan Ekonomi Daerah (ZPED), bertujuan:
Membangun setiap wilayah sesuai potensi yang menjadi keunggulan kompetitifnya/kompetensi intinya.
Menciptakan proses pembangunan ekonomi lebih terstruktur, terarah dan berkesinambungan.
Memberikan peluang pengembangan wilayah kecamatan dan desa sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal ini sejalan dengan strategi pembangunan yang umumnya dikembangkan
oleh para ahli ekonomi regional dewasa ini. Para ahli sangat concern
dengan ide pengembangan ekonomi yang bersifat lokal, sehingga lahirlah
berbagai Strategi Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic
Development/LED).
Strategi ini terangkum dalam berbagai teori dan analisis yang terkait
dengan pembangunan ekonomi lokal. Salah satu analisis yang relevan
dengan strategi ini adalah Model Pembangunan Tak Seimbang, yang
dikemukakan oleh Hirscman : “Jika kita mengamati proses pembangunan yang
terjadi antara dua priode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai
sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda,
yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan baik walaupun
sektor berkembang dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin
(leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Begitu
pula perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang
perkembangan industri-industri lain yang terkait dengan industri yang
mengalami perkembangan tersebut”.
Model pembangunan tak seimbang menolak pemberlakuan sama pada setiap
sektor yang mendukung perkembangan ekonomi suatu wilayah. Model
pembangunan ini mengharuskan adanya konsentrasi pembangunan pada sektor
yang menjadi unggulan (leading sector) sehingga pada akhirnya akan
merangsang perkembangan sektor lainnya.
Terdapat pula analisis kompetensi inti (core competiton). Kompetensi
inti dapat berupa produk barang atau jasa yang andalan bagi suatu
zona/kluster untuk membangun perekonomiannya. Pengertian kompetensi inti
menurut Hamel dan Prahalad (1995) adalah :“Suatu kumpulan kemampuan
yang terintegrasi dari serangkaian sumberdaya dan perangkat pendukungnya
sebagai hasil dari proses akumulasi pembelajaran, yang akan bermanfaat
bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis”.
Sedangan menurut Reeve (1995) adalah : “Aset yang memiliki keunikan yang
tinggi, sulit ditiru, keunggulan daya saing ditentukan oleh kemampuan
yang unik, sehingga mampu membentuk suatu kompetensi inti”.
Secara implementasi dari kompetensi inti dikembangkan oleh beberapa
praktisi yang menduduki jabatan-jabatan strategis di Pemerintahan, yaitu
:
Moriko Hiramatsu (Gubernur Oita) : One Village, One Product (OVOP).
Thaksin Sinawatra (Mantan Perdana Menteri Thailand) : One Thambon, One Product (OTOP).
Fadel Muhammad (Gubernur Provinsi Gorontalo) : Fokus Gorontalo Sistem Agribisnis/Agroindustri Jagung dan perikanan
Semua teori dan analisis tersebut telah terbukti keberhasilan di
berbagai wilayah, Propinsi Gorontalo menjadi bukti paling nyata dengan
program pengembangan komoditi jagungnya. Makna penting dari pembelajaran
ini adalah suatu wilayah harus memiliki produk barang/jasa unggulan
yang berbeda dengan wilayah lainnya, sehingga mampu bersaing di pasar.
Otonomi Daerah
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang
diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam
rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Sumber :
http://nanangsubekti.blogspot.com/2007/12/perkembangan-teori-ekonomi-pertumbuhan_1170.html
http://eprints.ui.ac.id/10113/
http://www.forumbebas.com/thread-139249.html
http://jaolangi.wordpress.com/2010/05/10/kebijakan-makro-pengembangan-ekonomi-daerah-%E2%80%9Czona-pengembangan-ekonomi-daerah%E2%80%9Dkebijakan-makro-pengembangan-ekonomi-daerah-%E2%80%9Czona-pengembangan-ekonomi-daerah%E2%80%9D/
http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar